Mengapa blended learning berbeda dan apa saja manfaatnya?

Mengapa blended learning berbeda dan apa saja manfaatnya?

Sejak awal tahun 2000-an, istilah blended learning (atau hybrid learning) mulai dikenal sebagai metode pembelajaran yang menggabungkan penyampaian materi secara online (digital) yang dengan pembelajaran langsung di kelas (tradisional) sehingga membuat pengalaman belajar lebih efektif.

Mengapa blended learning berbeda?

Dalam lingkungan belajar tradisional, instruktur memberikan materi di dalam kelas, sehingga pembelajar harus datang di waktu dan tempat tertentu. Setelah kelas selesai, pembelajar medapat tugas untuk membuktikan bahwa mereka telah mengerti dan dapat menerapkan pengetahuan yang didapat di kelas.

Pengalaman belajar seperti ini memiliki beberapa tantangan, termasuk di antaranya kemampuan setiap orang untuk mempelajari, mengerti, dan menerapkan sebuah materi yang baru dipelajari. Meskipun sudah memahami materi, seringkali pembelajar masih mengalami kesulitan ketika harus menerapkan materi ke dalam tugas-tugas yang diberikan. Kelas tradisional menjadi kurang efektif karena tidak memberikan kesempatan untuk mendapatkan bimbingan langsung dari pengajar dalam proses ini.

Blended learning dapat menjadi solusi dari tantangan-tantangan yang ada di kelas tradisional. Pengajar dapat fokus dalam mengumpulkan, memproduksi, dan menyampaikan materi dengan kualitas terbaik melalui platform digital, sehingga pembelajar dapat mempelajari materi di luar kelas, kapanpun dan di manapun. Sesi kelas tradisional tetap perlu dilakukan, namun lebih fokus kepada penerapan materi yang sudah diberikan sebelumnya.

Apa saja manfaat blended learning?

Akses ke materi belajar yang mudah secara online.

Setiap pembelajar memiliki kemampuan yang berbeda dalam memahami sebuah materi. Ada yang lebih suka memahami teori sebelum mengerjakan tugas, ada juga yang lebih suka mengerjakan tugas sambil belajar teori.

Dengan menaruh materi di platform online, pengajar dapat memberikan kesempatan kepada pembelajar yang punya kemampuan berbeda-beda tersebut dan memotivasi mereka untuk memahami materi dengan cara dan waktu yang lebih nyaman untuk mereka.

Penerapan materi dan interaksi langsung di kelas.

Riset membuktikan bahwa kita lebih cepat memahami teori saat menerapkannya ke dalam pekerjaan. Sayangnya, di lingkungan pendidikan secara umum, proses pengajaran dan pemahaman teori hanya dilakukan di kelas tradisional melalui metode active listening. Penerapan teori dilakukan jauh dari kelas dalam bentuk tugas, sehingga pembelajar tidak bisa mendapatkan bantuan dari pengajar saat dibutuhkan.

Melalui pendekatan blended learning, pembelajar dapat mempelajari teori dan mengerjakan tugas di luar kelas. Jika mengalami kesulitan, mereka dapat bertanya dan meminta bantuan langsung di kelas ketika bertemu langsung dengan pengajar.

Pengajar dapat membimbing pembelajar secara langsung.

Interaksi tatap muka yang tetap dilaksanakan dalam blended learning dapat menggeser peran pengajar yang sebelumnya hanya sebagai seseorang yang mengajar di kelas, menjadi seseorang yang membimbing para pembelajar secara individual. Pengajar dapat fokus membimbing dan memberikan materi yang sesuai dengan kebutuhan setiap peserta belajar.

Blended learning lebih fleksibel dibandingkan kelas tradisional.

Dalam kelas tradisional, proses pengajaran terikat waktu dan tempat, sehingga setiap pembelajar hanya memiliki kesempatan untuk memahami materi dalam periode yang sama. Kelemahannya, jika pengajar mengadakan ujian secara tiba-tiba, tidak semua pembelajar memiliki tingkat pemahaman materi yang sama.

Blended learning menggunakan metode pembelajaran berbasis penguasaan. Metode ini mengakui bahwa tidak semua pembelajar dapat mencapai level pemahaman yang sama dalam jangka waktu tertentu. Penyampaian materi secara online memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada pembelajar untuk memahami materi dan memilih waktu yang tepat untuk menguji diri sendiri, sehingga mereka dapat menerapkan materi yang dipelajar dengan lebih percaya diri.

Tidak hanya dalam dunia pendidikan, setiap organisasi (baik perusahaan maupun organisasi non-profit) juga perlu mempertimbangkan penerapan blended learning dalam proses pelatihan dan pengembangan anggota-anggotanya. Berapapun usianya, style belajar setiap orang tidak akan berubah, sehingga metode blended learning menjadi semakin penting untuk diterapkan dalam proses pelatihan.